11 September 2008

Renungan Harian 11 September 2008

Kamis, 11 September2008

  • Bacaan I : 1Kor 8:1b-7.11-13
  • Bacaan Injil : Luk 6:27-38

Renungan

Ada tiga perbuatan yang berulang: mengasihi musuh, berbuat baik, dan berilah. Dengan mengasihi musuh maka tidak ada balas dendam. Tindakan tanpa kekerasan memutus lingkaran kekerasan, sehingga pertikaian berhenti. Tindakan tanpa kekerasan bukanlah sikap pasif atau menerima; sebaliknya itu adalah sikap aktif dan proaktif. Kita diajak untuk berbuat baik dengan memberi dan mendoakan sesama kita, terlebih mereka yang berbuat jahat kepada kita. Hal ini tentu sulit. Tetapi, inilah permintaan Yesus kepada para pengikut-Nya: "Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati"(Luk 6:36)

Tuhan, ajarilah aku bersikap murah hati, seperti Engkau murah hati. Amin.

[Ziarah Batin 2008, Renungan dan Catatan Harian]

Menjadi Perempuan, Kristen, dan Profetis saling terkait

Pakistan (UCAN) -- Kaum perempuan Kristen mengalami marginalisasi ganda di Pakistan, karena mereka itu perempuan dan karena mereka adalah anggota kelompok agama minoritas, kata Suster Zakai Jamal.

wanita pakistan Satu aspek marjinalisasi ini adalah kekerasan dan diskriminasi yang dihadapi kaum perempuan Kristen, yang diperlihatkan dengan sikap intoleransi terhadap keterbukaan dan nilai-nilai modern, kata suster itu, dari Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Yesus dan Maria (KYM). Sikap masyarakat yang diperlihatkan itu merupakan bagian dari "Talibanisasi" masyarakat Pakistan, katanya.

Lebih dari 95 persen dari 160 penduduk Pakistan adalah Muslim, sementara umat Kristiani berjumlah kurang dari 1 persen.

Suster Jamal, 50, telah mengajar selama 28 tahun di sekolah-sekolah Katolik seluruh negeri itu. Ia juga berperan sebagai koordinator kaum muda di Keuskupan Agung Lahore dan Keuskupan Faisalabad selama 25 tahun.

Berikut ini adalah komentarnya untuk UCA News:

Setelah pengumuman tahunan kelulusan siswa, saya pergi mengunjungi gadis-gadis kecil kelas dua untuk menyampaikan selamat kepada mereka atas keberhasilan mereka dalam ujian tahunan itu. Namun, saya merasa bahwa mereka tidak memancarkan kebahagiaan yang spontan seperti biasanya.

Sebelum saya mengatakan sesuatu, mereka menunjuk ke seorang gadis yang cukup baik kepribadiannya. Mata gadis itu menunjukkan rasa gelisah dan takut. "Seseorang telah membunuh saudarinya yang lebih tua. ... Kami tidak tahu siapa yang melakukan itu," kata seorang gadis. Saya bingung. Sebelum saya berbicara, seorang gadis lain mengatakan, "Suster, Anda tahu, sejumlah pencuri datang ke rumah kami di hari lain. Mereka menembak nenek kami. Ia meninggal. Seorang lain tak sabar menunggu dan menambahkan: "Suster, suster, seseorang menyiram air keras ke saudara ipar perempuanku. Ia kini dirawat di rumah sakit.

Kami semua hening untuk sementara, sambil menyelami ketidakberdayaan kami. Saya berdoa dengan mereka kepada Maria Bunda Kerahiman Ilahi untuk melindungi mereka dan keluarganya. Saya memberi mereka sejumlah nasehat praktis tentang bagaimana berhati-hati ketika berada di dalam maupun di luar rumah, bagaimana senantiasa sadar akan kehadiran Allah.

Ketika kembali ke biara, saya berpikir tentang saudariku yang paling tua, ibu dari lima putra, yang tinggal di Faisalabad. Ibu mertuanya dan tujuh saudara laki-laki dari suaminya, seorang pastor, tinggal di sebuah kota kecil terdekat. Satu dari saudara iparnya membuat seorang tuan tanah Muslim marah, karena dia jatuh cinta dengan putri tuan tanah itu. Sebagai balas dendam, tuan tanah itu berjanji membunuh seluruh keluarga. Satu-satunya cara untuk bisa selamat dari keadaan itu adalah masuk agama Islam dan hidup sebagai seorang Muslim. Karena tidak ada jalan keluar, maka keluarganya terpaksa menerima hal itu. Saudariku adalah satu-satunya perempuan yang tidak setuju akan hal itu. Secara terbuka dia mewartakan imannya akan Tuhan yang Bangkit. Negosiasi berlanjut beberapa kali, namun saudari saya tetap menolak menerima Islam. Dia akhirnya diracuni. Di saat terakhir, saudari saya mengucapkan imannya kepada Yesus yang dicintainya. Wajahnya sangat tenang ketika ia meninggal.

Menjadi perempuan, Kristen, dan profetis itu merupakan realitas-realitas yang saling berkaitan di sini. Menjadi perempuan, Kristen, atau profetis, konsekuensinya sama.

Youhanabad adalah basis umat Kristen di daerah pinggiran Lahore yang kebanyakan perempuan bekerja di pabrik-pabrik dan di rumah-rumah kaum Muslim yang kaya. Tentu saja mereka mendapat gaji yang minim, namun mereka juga sering diganggu, tidak merasa aman, dan mendapat perlakuan buruk. Kebanyakkan kasus ini tidak pernah dilaporkan.

Sering para remaja putri hilang atau diculik, diperkosa atau dibunuh di tempat ini. Kasus lain, air keras disiram ke wajah mereka. Tingkat penderitaan paling tinggi meskipun mereka bekerja keras adalah bahwa mereka memperoleh sangat sedikit untuk keamanan dan makanan bagi anak-anak mereka. Kenaikan harga kebutuhan pokok setiap hari -- tepung, beras, gula, susu - menjadi beban berat yang menganggu pikiran mereka. Meski tampaknya sehat dari luar, namun karena kurang gizi dan bekerja keras, mereka menjadi korban penyakit TBC, tifus, kudis, dan hepatitis.

Di antara berbagai kategori perempuan, religius wanita memiliki lebih banyak ruang untuk bernafas dan mendapat penghargaan dalam masyarakat. Yang sangat mempengaruhi para suster adalah penolakan Islam terhadap kaul kemurnian mereka. Menurut tradisi Islam, hal itu tidak dapat diterima karena itu bertentangan dengan rencana Tuhan bagi manusia.

Ancaman lain adalah Talibanisasi masyarakat yang sedang bertumbuh. Pikiran masyarakat sederhana yang baik dipengaruhi oleh kelompok-kelompok teroris. Bagi mereka, perempuan bukan manusia, hanyalah hal-hal kebutuhan harian untuk disembunyikan di kamar. Gerakan Taliban, antara lain, merusak semua yang mempromosikan kehidupan, cinta, keindahan, di kalangan bangsa. Sekitar 125 sekolah dibakar dan dibom oleh kaum militan beberapa tahun terakhir ini di distrik Swat dan Dir yang bergejolak, di Propinsi North West Frontier. Beberapa ditempati oleh para militan dan sejumlah lain oleh pasukan keamanan. Pemboman sekolah-sekolah putri dan surat-surat ancaman yang dikirim kepada mereka membuat para guru dan pelajar putri ketakutan sehingga jumlah murid berkurang 50 persen.

Di tengah situasi yang keras seperti itulah, kami wanita religius menunjukkan makna kehadiran kami yang lebih mendalam. Melawan skenario sosial politik kompleks dan terus berubah itu, kami terus menemukan kekuatan iman, makna karya amal kita, sinar pengharapan, serta kedalaman visi dan misi kami. Ini, karena kami percaya akan apa yang Yesus katakan: "Tanpa Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa ... namun bersama Aku semuanya mungkin."

Di sekolah, asrama, pekerjaan paroki, dan kunjungan-kunjungan keluarga, kami bertemu sesama perempuan,. Kami mendorong, membimbing, dan memberikan pencerahan kepada mereka. Kami berbagi dengan mereka karunia iman kami dalam kuasa kepenuhan dan belas kasih Allah. Kami berbagi visi keberlimpahan kami kepada mereka. Melalui pendidikan kami dan berbagai sarana pengajaran dan katekese, kami meningkatkan kemampuan mereka untuk belajar, memperoleh keyakinan dalam hidup. Dengan memberi keterampilan dan pengetahuan kepada mereka, kami membuat mereka mampu dan berdaya untuk menemukan tempat mereka yang tepat dalam masyarakat Pakistan. Hari berganti hari, kami menemukan keberhasilan dan kegagalan.

Seperti para nabi yang membiarkan Allah bertindak di dalam dan melalui kami, kami harus mendengarkan dan mengungkapkan Sabda yang diberikan Allah kepada kami. Dengan menjadi orang Gereja, kami harus terus berusaha untuk memenuhi peran kami untuk menjadi nabi di Pakistan. Dalam menghadapi tekanan agama yang keras dan terselubung, kami harus terus menemukan lebih banyak cara untuk "melakukan apapun yang Allah katakan kepada Anda."

Dari : www.ucanews.com - www.mirifica.net

Perkemahan Mendorong Kaum Muda Memahami Iman Lebih baik

Kyrgyzstan (UCAN) -- Orang muda Katolik mendapat kesempatan untuk mengenal satu sama lain dan membicarakan isu-isu yang relevan dengan mereka dalam sebuah perkemahan yang diselenggarakan Gereja di pinggir sebuah danau.

Peristiwa itu diikuti oleh 25 orang muda Katolik dari Kyrgyzstan, 12 dari Uzbekistan, dan empat pelajar bersama guru mereka dari Polandia. Acara itu berlangsung di tepi Issyk Kul, sebuah danau pegunungan yang berjarak 300 kilometer timur Bishkek.

Tiga imam asal Polandia, seorang bruder, dan seorang suster mendampingi anak-anak muda itu.
Dalam sambutan pembukaannya, Administrator Apostolik Kyrgyzstan Mgr Nikolaus Messmer SJ mengatakan kepada para peserta bahwa dia berharap perkemahan musim panas kelima ini akan "meneguhkan iman kalian dan membantu kalian untuk saling bersahabat."

Peserta yang berusia sekitar 15 sampai 26 tahun itu didorong untuk membahas cinta, seks, dan persahabatan dari sudut pandang iman Katolik.

Setiap hari mereka menghadiri Misa, kemudian berdiskusi dan mengajukan berbagai pertanyaan. Bagi yang terlalu takut mengajukan pertanyaan menyangkut topik-topik yang sensitif seperti seks, mereka menulisnya di sebuah kertas dan memasukkan kertas itu ke dalam kotak untuk dibaca kemudian.

Satu pertanyaan adalah apa yang harus dilakukan seorang gadis jika pacarnya yang non-Katolik tidak mau menikah di gereja dan menolak mengikuti aturan-aturan Gereja. Jawabannya adalah bahwa dia harus mempertahankan imannya dan memutuskan hubungan itu.

Suster Bogomila Gajdosova, seorang biarawati Fransiskanes dari Bishkek, mengatakan kepada UCA News, tujuan perkemahan itu bukan saja untuk membantu kaum muda Katolik memahami ajaran Gereja tentang hubungan dan perkawinan, tetapi juga untuk membantu kaum muda Kyrgyz memahami dengan lebih baik komunitas Gereja mereka yang kecil dan yang berkembang perlahan-lahan.

Para pejabat Gereja lokal memperkirakan ada sekitar 500 umat Katolik yang aktif di tiga paroki di Kyrgyzstan: Bishkek; Talas, 195 kilometer barat ibukota negara; dan Dzalal-Abad, 250 kilometer barat daya Bishkek. Beberapa hidup dalam komunitas-komunitas yang jauh dari pusat-pusat paroki, dan para imam mengunjungi mereka sesewaktu. lima imam Yesuit dan dua imam diosesan, serta lima suster Fransiskan membantu di tiga paroki itu.

Kebanyakan umat Katolik adalah anak-anak atau cucu-cucu dari komunitas etnis Jerman dan Polandia dan kelompok-kelompok etnis lainnya dari luar wilayah itu, yang dideportasi oleh pemimpin komunis Joseph Stalin ke Asia Tengah tahun 1930-an dan 1940-an.

Pastor Peter Kawa OFM Conv. asal Polandia dari Uzbekistan mengatakan bahwa perkemahan itu menarik kaum muda dari pengaruh sekular dalam lingkungan harian mereka. Lingkungan mereka setiap hari "dipenuhi dengan pengertian kacau tentang seks, cinta, dan persahabatan." Dia prihatin atas hubungan seks pranikah.
Menurut imam itu, perkemahan itu juga membawa Sabda Allah kepada kaum muda dalam bentuk nyata.

Jadwal harian perkemahan itu meliputi Misa, pertemuan, diskusi kelompok, makan bergantian secara kelompok, dan kegiatan santai, dan kadang-kadang dilakukan di pinggir danau.

Lubov Shevchenko, 23, salah satu peserta yang berbicara dengan UCA News, mengatakan bahwa dia senang dengan diskusi karena temanya tentang cinta, seks, dan persahabatan itu penting bagi kebanyakan kaum muda yang siap untuk menikah dan berkeluarga.

"Saya gembira bisa mendapat kesempatan untuk menghadiri Misa setiap hari," kata gadis itu. Shevchenko hidup di sebuah desa kecil sekitar 30 kilometer dari Bishkek, yang katanya hanya dikunjungi imam dari ibukota dua kali sebulan.

Komunitas kecil mereka hanya memiliki 15 umat Katolik yang bertemu di rumah pribadi. Tempatnya berpindah-pindah beberapa kali karena orang menjual rumah dan pergi ke Rusia atau Eropa, katanya.

Perkemahan ini bukan yang pertama kali bagi Anastasia Kuleshova, 17, yang tinggal dekat Gereja Malaekat Agung Santo Mikhael di Bishkek, namun dia mengatakan bahwa perkemahan kali ini membantunya melihat banyak hal dari sudut pandang yang baru.

Mahasiswi Olga Nowakowska keturunan Polandia senang dengan semangat tim. Dia "suka kegiatan dalam kelompok dan pekerjaan di dapur, karena kegiatan-kegiatan seperti itu mempersatukan orang."
Sonya Naapetyan dari Tashkent sangat senang dengan doa hening. "Ketika matahari terbenam, kami semua pergi ke pinggir danau, duduk terpisah satu sama lain untuk berdoa dan menikmati alam," katanya.

Kyrgyzstan memperoleh kemerdekaan setelah hancurnya Uni Soviet tahun 1991. Sejak tahun itu, Gereja di negara itu menjadi bagian dari Administrasi Apostolik Asia Tengah, yang berpusat di Karaganda, Kazakhstan. Tahun 1997, Paus Yohanes Paulus II membentuk misi "sui iuris" (mandiri) di Kyrgyzstan, dengan mempercayakan pelayanan pastoral kepada para Yesuit.
Tahun 2006, Paus Benediktus XVI menjadikannya Administrasi Apostolik Kyrgyzstan dan mengangkat Uskup Messmer sebagai administratornya.

END

3 September 2008 www.ucanews.com

Umat Katolik didesak akhiri kasta dalam Gereja

India (UCAN) -- Para uskup di Negara bagian Tamil Nadu, India bagian selatan, mendesak umat Katolik untuk menghilangkan ketimpangan karena kasta sehingga bisa menolong umat dari kasta rendah dan bekas orang-orang yang termasuk dalam kelompok untouchable (emoh disentuh) dapat terlibat sepenuhnya dalam kehidupan Gereja.

"Segenap umat Kristen bertanggungjawab untuk melenyapkan perbedaan karena kasta dan keenggangan untuk menyentuh kelompok untouchable. Umat Kristen juga bertanggungjawab untuk menciptakan sebuah Gereja yang setara," demikian para uskup dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan para uskup Katolik itu dibacakan di paroki-paroki di semua 19 keuskupan di negara bagian itu pada 17 Agustus. Dalam pernyataan itu diakui bahwa masyarakat India telah terbentuk pada sebuah sistem dengan empat kasta utama. Yang tidak termasuk dalam kasta-kasta itu pernah dianggap sebagai "outcastes" (orang luar) atau "untouchables" (orang yang dijauhi atau emoh disentuh masyarakat) yang umumnya disebut kelompok dalit, istilah bahasa Sansekerta yang berarti "yang membuat orang tersandung."

Dalam pernyataan, para uskup menyesali bahwa masyarakat, termasuk umat Katolik, terus mempraktekkan untouchability (keemohan disentuh) dalam berbagai tingkat dan bentuk.

"Simbol-simbol dari untouchability" dalam Gereja di Tamil Nadu yang ingin dilenyapkan oleh para uskup, antara lain, tempat duduk dalam gereja yang diatur berdasarkan kasta, tidak mengijinkan anak-anak dalit melayani dalam Misa, dan tidak membolehkan prosesi-prosesi festival paroki melewati tempat-tempat warga dalit. Para uskup juga ingin mengakhiri lahan pemakaman yang terpisah dan kereta jenazah yang juga terpisah. Pemakaman yang baru hendaknya terbuka untuk semua, tegas para uskup.

Mereka juga ingin agar umat Katolik warga dalit terlibat dalam kehidupan paroki dan lembaga-lembaga Gereja. Untuk mencapai hal ini, demikian pernyataan itu, warga dalit hendaknya didorong ambil bagian dan memimpin dalam dewan paroki dan organisasi-organisasi lainnya dalam Gereja. Para uskup lewat pernyataan itu juga meminta kongregasi-kongregasi religius dan keuskupan-keuskupan untuk mendorong munculnya panggilan dalam kelompok-kelompok warga dalit.

Para uskup menjelaskan bahwa orang India, sekalipun mereka telah berganti agama, tetap saja mempertahankan identitas kasta dan simbol-simbol atau pakaian tertentu, dan hal ini tidak terkecuali dalam kelompok orang Kristen. Tetapi mereka juga menunjukkan bahwa Konstitusi India melarang adanya untouchability dan diskriminasi kasta.

Pernyataan itu mendesak para uskup, imam, religius, dan umat awam untuk bekerja sama mengakhiri diskriminasi kasta. Para uskup menganggap bahwa diskriminasi kasta yang dilakukan para imam dan religius sebagai "dosa besar," karena hal itu "bertentangan dengan kesaksian hidup Kristen."

Ketua dewan yaitu Uskup Agung Madurai Mgr Peter Fernando mengatakan kepada UCA News pada 20 Agustus bahwa pernyataan itu merupakan hasil diskusi dewan mengenai isu-isu kasta dalam pertemuan tahunan mereka pada 24-27 Juni.

Para uskup "memprioritaskan penghapusan" diskriminasi kasta, katanya, sambil menambahkan bahwa keprihatinan semakin meningkat setelah umat Katolik di sebuah paroki di Keuskupan Agung Pondicherry-Cuddalore bertikai karena perbedaan kasta.

Dua umat kasta rendah tewas pada 9 Maret ketika polisi melepaskan tembakan untuk mencegah terjadinya kekerasan yang lebih besar antara umat kelompok itu dengan umat warga dalit.
Pernyataan para uskup menggarisbawahi diskriminasi kasta dalam Gereja yang sudah ditentang oleh Konferensi Waligereja India. Pernyataan itu mengulangi permintaan Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup dari Tamil Nadu ketika mereka mengadakan kunjungan ad limina tahun 2003. Paus meminta agar diskriminasi kasta, yang disebut sebagai "ancaman terhadap spiritualitas yang sejati," dilenyapkan dari Gereja.

Tahun 2004, para uskup, imam, religius, awam, dan berbagai organisasi hak asasi manusia di Tamil Nadu secara bersama mengadakan sebuah rencana aksi 10 poin untuk pegembangan kelompok dalit dan umat Kristen warga suku. Poin pertama rencana, demikan diungkapkan kembali dalam pernyataan itu, adalah melenyapkan diskriminasi kasta.

http://www.ucanews.com/

09 September 2008

Doa dan Nyanyian dari Taize

Taize



Sekilas Taize

Taize adalah sebuah desa pertanian sederhana di Perancis Selatan.
Pada tahun 1940, ketika Eropa dilanda perang dunia II, Roger seorang mahasiswa teologi Protestan di Swiss yang berusia 25 tahun tiba di desa Taize. Ia sendiri adalah anak seorang Pendeta Protestan Swiss. Ia terkejut melihat penderitaan dan kebencian merajalela di Eropa akibat perang. Dalam kondisi yang berkecamuk itu, pergilah Roger ke Perancis. Sesampainya di desa kecil Taize, ia membeli rumah kosong yang sudah rusak. Ia tinggal di situ dan membuka rumahnya bagi pengungsi perang serta tempat perlindungan bagi orang Yahudi yang dikejar Nazi. Di rumah itu, ia mengajak orang-orang di sana untuk beribadah secara hening. Ia rindu untuk menghadirkan komunitas persaudaraan (brotherhood) bersuasana Ucapan Bahagia Yesus, yaitu : sukacita, kesederhanaan, dan kemurahan hati (simplicity, mercy, and joy).

Dua tahun setelah Roger bekerja sendiri, bergabunglah beberapa kawannya. Ketika perang telah selesai, Roger dan kawan-kawannya bertekad meneruskan pelayanan ini sebagai suatu perumpamaan tentang persaudaraan; sebagaimana yang dikehendaki Yesus. Begitulah pada hari Paskah tahun 1949, Roger dan enam kawannya membuat komitmen dihadapan Tuhan untuk menyerahkan sepenuh waktu dan hidup mereka bagi pekerjaan Tuhan tersebut dengan jalan hidup membujang dan sederhana. Dengan begitu, lahirlah Communaute de Taize atau komunitas Taize.

Komunitas Taizé pada awalnya merupakan komunitas para biarawan Kristen yang didirikan atas dasar cinta kasih dan persaudaraan eukumenis, tanpa memandang latarbelakang anggotanya. Inspirasi ini muncul setelah Perang Dunia II yang mengerikan, di mana bangsa-bangsa Eropa terpecah belah, termasuk perpecahan hebat dalam agama Kristen sendiri (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan dan sebagainya).
Dari keprihatinan itu, Bruder Roger Louis Schutz bersama para biarawan di Taizé saat itu, menjalankan pola hidup persaudaraan intensif seperti dikatakan Santo Paulus dalam surat kepada umat Efesus, yaitu selalu sabar, lemah lembut, rendah hati, saling membantu dan damai (bdk.Ef.4:2-3) dalam hidup sehari-hari mereka.
Pola hidup ini dikomunikasikan dengan setiap orang yang datang berkunjung. Makin lama makin banyak peziarah yang datang dan memperoleh persaudaraan, persahabatan serta perhatian tulus dari para biarawan Taizé. "Kami menyambut mereka, mengatur tempat untuk mereka tinggal, menemani, mendengarkan orang yang ingin berbagi suka duka. Namun metode ini bukanlah semacam bimbingan konseling," demikian Bruder Jean-Marie, salah satu biarawan komunitas Taizé.
Demikianlah sampai saat ini, sepanjang tahun ribuan peziarah dari seluruh dunia datang ke Taizé untuk beristirahat, merenung, berdoa, bernyanyi, bahkan bekerja, bersama para biarawan dan penduduk sekitar. Di sana mereka keluar sejenak dari hidup sehari-harinya, dan mereka saling membagi perhatian, persaudaraan, persahabatan serta cinta kasih dengan sesamanya.

Taize kini menjadi tempat Retreat/ Bible Camp; di mana ribuan anak muda datang dari seluruh dunia untuk mencari sesuatu yang berarti bagi hidup mereka. Melalui doa, refleksi, dan diskusi Alkitab, mereka ingin memperdalam kehidupan spiritualitas mereka dengan harapan agar dapat lebih baik lagi mengambil bagian dalam gereja asal mereka. Komunitas Taize tidak bermaksud untuk melahirkan sebuah aliran kekristenan yang baru, tetapi sebagai sebuah upaya memenuhi panggilan Kristus, yaitu mewujudkan rekonsiliasi (perdamaian) antara sesama pengikut Kristus. Doa dan harapan inilah yang diucapkan Tuhan Yesus di dalam Yohanes 17:21 : "... supaya mereka semua menjadi satu"

Doa Dan Suasana Ibadah Di Taize

Jantung kehidupan di Taize ialah doa. Sekalipun semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ketika lonceng ibadah berbunyi semua orang meninggalkan pekerjaannya dan masuk ke gedung gereja. Doa bersama diadakan tiga kali dalam sehari, yaitu : pagi, siang, dan malam. Pada doa pagi hari disertai dengan Perjamuan Kudus. Doa bersama inilah yang menjadi pusat kehidupan sehari-hari di Taize. Dalam ibadah doa tiga kali sehari tersebut, ada waktu hening/ tenang (silent prayer) selama ( 15 menit. Waktu doa hening ini dimaksudkan agar setiap orang dapat dengan tenang berdoa dan berdiam diri di hadapan Tuhan tanpa terganggu dengan suara orang-orang di sekitarnya. Doa hening ini mengajak kita meneduhkan diri dari begitu banyaknya suara dan kata-kata yang sepanjang hari kita dengar dan ucapkan.
Di dalam doa hening/ saat teduh ini; kita bukan hanya mencoba mengutarakan segala sesuatu kepada Tuhan, tetapi terutama memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk berdoa bagi kita, berdoa di dalam diri kita, dan berdoa bersama kita.

Di dalam keheningan dan ketenangan, kita mencoba lebih peka untuk mendengar suara Tuhan dalam kehidupan kita. Kita dipanggil untuk merefleksikan ulang perjalanan kehidupan ini dan merenungkan kembali pemeliharaan dan kasih setia Tuhan selama masa-masa yang telah lalu dan mengkomitmenkan kembali masa selanjutnya ke dalam tangan Tuhan. Doa hening ini bukan sekedar intuisi atau khayalan, karena sebelum berdoa, terlebih dulu dinyanyikan Mazmur dan dibacakan ayat Alkitab.

Lagu-lagu Taize mempunyai ciri khas : satu atau beberapa kalimat yang mudah dimengerti (kesederhanaan kata-kata), diambil dari ayat Alkitab yang singkat (alkitabiah), diterjemahkan ke dalam banyak bahasa (internasionalitas) dan dinyanyikan berulang-ulang (meditatif). Lagu-lagu Taize dinyanyikan berulang-ulang sehingga kita semakin mengerti dan meresapi kedalaman lagu tersebut. Tentu saja, lagu-lagu yang kita nyanyikan tetap dalam taraf kesadaran kita (tidak trans/ kehilangan eksistensi diri). Hal ini dapat dimengerti seperti bila kita membaca Alkitab. Ketika kita membaca bagian Alkitab tertentu beberapa kali, kita akan menjadi semakin mengerti dan meresapi arti kedalaman Firman Tuhan bagi hidup kita tanpa membuat kita kehilangan eksistensi diri kita (trans). Semua hal di atas membuat ibadah di Taize sangat khas, sederhana, mudah diresapi, serta mengalir seperti aliran sungai. Ibadah terkesan sederhana namun sangat berisi dan bermakna tanpa segala macam bentuk formalitas. Ibadah Taize yang sederhana ini selaras dengan kehidupan di Taize yang juga sederhana.


Semangat Rekonsiliasi Dan Ekumenitas

Kita sering mendengar bahwa : "Gereja harus membuka pintu dan jendela. Panggilan gereja adalah : menjadi gereja bagi orang lain; menjadi sesama manusia bagi orang di sekitar kita." Bahkan, kita juga terus menggumuli bagaimana membangun "gereja tanpa tembok"; dengan beberapa seminar yang pernah diadakan, aksi sosial, dsb. Semangat rekonsiliasi dan ekumenitas ini pulalah yang sangat menonjol di Taize. Ratusan hingga ribuan orang/ anak muda yang datang setiap minggu ke Taize berasal dari berbagai negara, bahasa, maupun latar belakang gereja yang berbeda-beda. Namun, semua pengikut Kristus tersebut terpanggil untuk duduk bersama, bernyanyi bersama, dan berdoa bersama. Dalam pertemuan doa akbar Taize di Eropa (European Meeting) yang diadakan setiap tahunnya, Sekretaris Jendral PBB selalu memberikan kata sambutan tertulis sebagai respon positif terhadap orang-orang Kristen yang mencoba menghadirkan kedamaian dan kebersamaan di bumi ini. Kita adalah lilin-lilin kecil yang dipanggil Tuhan untuk menerangi dunia yang gelap dan penuh kebencian ini. Kristuslah sumber dari terang itu. Seperti sebuah lagu yang kita nyanyikan di tengah puing-puing gereja kita : "Yesus, terang-Mu pelita hatiku. Jangan gelap memerintah diriku. Yesus, terang-Mu pelita hatiku. Biar selalu kusambut cinta-Mu."

Renungan Harian

Renungan Harian 10 September 2008

09 September 2008 13:08

Rabu, 10 September 2008

  • Bacaan I : 1Kor 7:25-31
  • Bacaan Injil : Luk 6:20-26

Renungan

Siapa tidak ingin bahagia di dalam hidup ini? Setiap orang pasti ingin bahagia. Ada orang yang mengejar kebahagiaan dengan menumpuk harta, yang lain dengan mengejar kenikmatan, yang lain lagi ingin kedudukan yang tinggi. Yesus memiliki kriteria tersendiri mengenai siapa yang berbahagia dan siapa yang celaka.

Menurut Yesus, yang berbahagia ialah mereka yang miskin, lapar, menangis, dan dibenci karena Anak Manusia. Sementara yang celaka adalah yang kaya, yang kenyang, yang tertawa, yang dipuji-puji. Ukuran Yesus amat berbeda dengan ukuran kebahagiaan yang dikejar kebanyakan orang, bukan? Misalnya, Yesus mengatakan, "Berbahagialah mereka yang miskin." Itu tidak berarti bahwa para murid harus menjadi gelandangan, pengemis, menjual semua hartanya. Orang miskin disebut berbahagia karena Kerajaan Allah milik mereka. Dengan kedatangan Yesus berarti Kerajaan Allah sudah mulai terwujud di dunia ini. Yesus berpihak kepada orang miskin dan lemah.

Para murid Yesus diharapkan juga mau berbagi, solider dengan mereka yang miskin, lemah dan berdosa. Sebagaimana Yesus tinggal bersama orang miskin, menyembuhkan yang sakit, dan mengampuni yang berdosa, maka para murid pun diundang untuk menempatkan mereka sebagai yang utama.

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk berbahagia menjadi murid-Mu dan mau berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Amin.

[Ziarah Batin 2008, Renungan dan Catatan harian]

Survey di Skotlandia: Satu dari 10 anak pergi ke gereja setiap minggu

05 September 2008 09:45

doa anak[Mirifica] Menurut survey sebuah gereja di Skotlandia, 10 persen dari murid sekolah dasar di sana pergi ke gereja setiap minggunya, sedangkan 1-3 orang anak dari interval umur 11-18 tahun pergi ke gereja setidaknya setahun sekali.

Hasil juga menunjukkan bahwa 27 % dari anak muda percaya kepada Tuhan, dan 43% mengatakan mereka percaya akan adanya surga.

Steve Mallon, seorang pendamping kaum muda di gereja skotlandia mengatakan bahwa hasil survey dari 2.221 murid tersebut dapat diterima.

Ia mengatakan bahwa penemuan survey ini memberikan potret menarik bagaimana perilaku kaum muda dalam beriman dan ide-ide tentang gereja dan kehidupan kristiani.

Sejumlah kaum muda mengatakan bahwa kepercayaan mereka akan Tuhan lebih tinggi nilainya daripada komentar apapun yang muncul. Sudah jelas, banyak kaum muda masih menghargai nilai dimensi religius dalam kehidupan.

Ronnie Convery, seorang jurubicara dari gereja Katolik mengatakan bahwa hal ini jelas menunjukkan bahwa kaum muda memiliki sensitifitas religi yang tak dapat dipadamkan oleh sebesar apapun sekularisasi.

Meskipun demikian, Werner Jeanrond, professor ilmu Ketuhanan di Glasgow university menyebutnya sebagai sebuah "penekanan"
Ia menambahkan "kita perlu melihat apa yang gereja lakukan untuk berkomunikasi dengan para kaum muda". Meski 10 persen anak-anak pergi ke gereja setiap minggu, tidak ada menggembirakan. Malahan ini sebuah gap yang terjadi antara kelompok 10 persen kaum muda yang pergi ke gereja setiap minggunya dan kelompok kaum muda yang antara 1-3 orang pergi kegereja setahun sekali. [Mirifica/R/2008 Diterjemahkan dari scotsman.com]

Dari : Berita Katolik

BERBUKA PUASA DI GEREJA

08 September 2008 13:18

[Koran tempo 08/09/2008] Program nasi murah untuk berbuka puasa digelar oleh Gereja Kristen Jawa Manahan, Solo. Cukup murah karena menu berbuka komplet tersebut hanya dijual dengan harga Rp 500. Harga semestinya per porsi di atas Rp 5.000. Bahkan, sebelum berbuka, sebuah pengajian digelar dengan pembicara dari pemimpin salah satu pondok pesantren besar di Solo. Wujud sebuah toleransi beragama.

"Tidak ada sesuatu pun yang kembar identik di muka bumi ini. Ramah terhadap perbedaan merupakan keniscayaan. Kita mencintai istri kita karena dia berbeda dengan diri kita. Dan semuanya menjadi indah," kata Kiai Dian Nafi', pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad, Windan, Sukoharjo, yang memberi pengajian itu pada 6 September lalu. Wajahnya memancarkan rasa haru yang mendalam. Betapa tidak, dia baru saja menyaksikan sebuah bukti masih adanya rasa toleransi antarumat beragama.

Sejak pukul 17.00 WIB, puluhan sepeda ontel dan belasan becak berjajar di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan, Solo. Tidak ada kegiatan kebaktian walaupun saat itu hari Sabtu. Justru para pengemudi sepeda ontel dan becak tersebut sedang mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh Kiai Dian Nafi' di gereja yang terletak di sebelah timur Stadion Manahan tersebut.

Hampir 500 orang, baik dewasa maupun anak-anak, menyimak kajian dari sang ustad dengan penuh perhatian. Apalagi Dian Nafi' memberikan ceramahnya dengan cukup interaktif, sehingga minat peserta pengajian pun semakin besar. Tanpa terasa, waktu sekitar 30 menit berlalu, hingga saat magrib menjelang. Ustad pun menyelesaikan kajiannya.

Suasana menjadi cukup riuh. Puluhan muda-mudi, kebanyakan jemaat GKJ Manahan, bergerak mengantarkan minuman dan makanan kepada mereka yang hadir. Sebanyak 500 teh hangat, kolak pisang, dan nasi soto lengkap dengan kerupuk dihidangkan. Masyarakat yang hadir segera menyantap menu buka puasa tersebut setelah secara bersama membaca doa berbuka puasa. Dalam waktu singkat, hidangan segera menyebar secara merata. Lagu Tuhan karya grup musik Bimbo mengalun merdu dari bibir dua orang penyanyi yang diiringi permainan organ tunggal.

"Kita mencoba menghormati agama lain dengan mengadakan program nasi murah untuk berbuka puasa," kata Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani. Memang murah karena, untuk mendapatkan menu berbuka sekomplet itu, setiap orang hanya perlu membayar Rp 500. Tak mengherankan jika masyarakat yang datang kebanyakan berasal dari golongan tak mampu.

Kegiatan tersebut telah dilaksanakan secara rutin oleh GKJ Manahan semenjak 1997 dan dilaksanakan sebulan penuh. Dari tahun ke tahun, peminatnya semakin banyak, meskipun di tempat lain banyak yang memberikan buka puasa gratis. "Kita merasa lebih dihargai dengan membayar," kata Sukirno, seorang tukang becak yang berasal dari Semanggi, Solo.

Uniknya, tidak semua yang datang tertib membayar. Seharusnya, dari 500 porsi yang disediakan, uang yang didapatkan bisa mencapai Rp 200 ribu tiap harinya. Namun, penyelenggara hanya mendapatkan pemasukan maksimal Rp 173 ribu. "Tidak jadi masalah karena ini sifatnya membantu masyarakat yang tidak mampu," kata Retno.

Toleransi tidak berhenti sampai di situ. Seusai berbuka puasa, beberapa mahasiswa beragama Islam yang turut membantu program tersebut menumpang sembahyang magrib di tempat tersebut. Pendeta pun menyediakan tempat kerjanya untuk salat, lengkap dengan sajadahnya. Dalam kegiatan tersebut, seakan perbedaan keyakinan sudah tidak lagi menjadi sekat pembeda. ahmad rafiq


Catholics In Papua Launch Bible Month With Street Procession

MERAUKE, Indonesia (UCAN) -- Catholics launched National Bible Month in Merauke archdiocese by carrying a bible in procession to the cemetery of missioners who brought God's word to them more than a century ago.

More than 1,000 Catholics walked seven kilometers on Sept. 1 afternoon in the two-hour procession on public roads of Merauke town. Starting from St. Mary of Fatima Church in Kelapa Lima, they went to Patale Sai, which means "missioners' burial ground" in the Marind tribal language, in Buti village. The cemetery is located just beside St. Theresia Church.

The Marind are the predominant tribal group in Merauke, capital of Merauke district, 3,670 kilometers east of Jakarta.

Sacred Heart Father Kayetanus Tarong, the St. Mary of Fatima parish priest, sent off the procession led by four altar boys carrying a large bible on a wooden stretcher. The pilgrimage aimed "to encourage all Catholics to respect the Bible, which contains all faith experiences," he declared.

Following the altar boys were children, junior-high students and other young and elderly people.

After about three kilometers, primary-school pupils and a drum band met the procession and led it the rest of the way to Buti, as the pilgrims continued praying and singing.

In the village, two tribal leaders accompanied by 11 children, all wearing traditional Marind attire, met the procession.

Speaking in their dialect, the tribal leaders took the handles of the wooden stretcher bearing the bible from the altar boys' shoulders and put them on the shoulders of four tribal girls.

The procession then continued to the cemetery, where the girls presented the bible to Archbishop Nicolaus Adi Seputra of Merauke. "May this bible bring blessings for all people, especially Marind people," he said.

The Sacred Heart archbishop stated that the Bible, which has journeyed through southern Papua 102 years, should open the eyes of all people to the Good News. The purpose of the procession was to encourage local Catholics to read the Bible, reflect on it and act according to it, he added.

Pointing to the indigenous elements of the procession, the archbishop asked Marind people not to abandon their culture. "We must accompany today's procession with Marind spiritual songs and tifa (a small Papuan drum)," said the bishop, who has allowed use of Marind spiritual songs and tifa during liturgies.

The archbishop then elevated the bible on a pulpit, facing the people who will come to honor it or to attend special activities for Bible Month. Throughout the month, the bible will be displayed under a tent erected inside the area where eight Sacred Heart missioners were buried.

Catholicism began to take root in southern Papua on Aug. 14, 1905, when Sacred Heart Father Henri Nolleh baptized Clara Sukai, a Marind woman, in Buti.

Wilhelmus Dabi Gebze, 46, who belongs to the Marori Mengey, a Marind sub-tribe, told UCA News at the end of the procession that Marind people had a word for God before Catholicism arrived. "They knew Amay, the word for 'God' in the Marori Mengey dialect," he said.

The procession interested him, he added, "because all Papuan people should read the Bible, which contains the living word for people from generation to generation."

According to Gebze, Marind people used to worship Amay, who created their ancestors. But after they learned about Catholicism, "they realized that the one whom they called Amay is God."

Following the installation of the bible, some people remained at the burial place until morning for adoration of the Blessed Sacrament, which was placed in a monstrance on an altar erected besides the pulpit.

Eduardus Gae, 32, coordinator of the procession, hoped that Catholics in each parish or neighborhood would conduct special prayer activities using the Bible "to renew themselves."

Margareta Mahuze, 62, who joined the procession, told UCA News the prayers and hymns helped her glorify God and realize the importance of the Holy Scripture. "Catholics should recognize the importance of the Bible in their daily lives," she said.

from : UCANews

Bible-based competitions launched to encourage children,teenagers to take part in liturgy

JAKARTA (UCAN) -- In connection with National Bible Month, Jakarta archdiocese has launched Bible-based competitions for children and teenagers with the aim of encouraging and preparing them to take part in liturgy.

ij_jakarta.gif"We are organizing Bible-reading, psalm-singing and poster-making competitions based on the theme of this year's Bible month," Father Benediktus Ari Dharmawan, head of the archdiocese's biblical apostolate commission, told UCA News on Aug. 27.

The Indonesian Catholic Church has celebrated September as National Bible Month since 1977, with every diocese free to choose its own theme. This year, Jakarta archdiocese chose God is Merciful (Luke 6:36).

"These competitions aim to encourage children and teenagers to take part in liturgy," Father Dharmawan said, noting that the Bishops' Conference of Indonesia has suggested dioceses involve children and teenagers more in Church activities.

The competitions also aim to make young Catholics more familiar with the Bible, thereby increasing their love for Jesus, he continued.

The priest reported that his commission distributed pamphlets explaining the competitions and their requirements to all 57 parishes of the archdiocese in early May. Contestants must be Catholics aged 12-16.

The Bible-reading and psalm-singing competitions will take place on Oct. 19 at St. Ursula School in Central Jakarta. The poster-making competition began when it was announced in May and ended on July 5, with 10 posters being submitted. The winners of that competition will also be announced on Oct. 19.

The commission will award competition winners certificates and 1 million rupiah (US$110) for first prize, 750,000 rupiah for second prize and 500,000 for third prize.

According to Father Dharmawan, the competition events were scheduled before and after September because the local Church should focus on scriptural reflection during the Bible Month.

A reflection program for the month asks Catholics to meet weekly in neighborhood groups to read a biblical passage and then reflect on it based on their daily life. The biblical commission has prepared materials to guide these four weekly meetings, each with a subtheme.

The subthemes are: "Empowering the family to be merciful," "Empowering the neighborhood to be merciful," "Being merciful within society," and "Realizing the new habitus as originating in God's mercy."

"New habitus," a phrase coined during the 2005 Grand Synod of the Indonesian Catholic Church, refers to a set of assumptions based on goodness, love and justice that can guide individuals and groups in acting, approaching, seeing, sensing, thinking, understanding and relating to other individuals or groups.

Referring to the Bible month's theme, Father Dharmawan said it was chosen because the archdiocese is trying to strengthen the spiritual life of its families and basic communities. Catholics might face difficulties and problems in their life, "but we are called to keep our faith in God and resolve these difficulties and problems based on God's mercy," he elaborated.

"May their spiritual encounter with God strengthen their faith, help them find their calling among the society and finally encourage them to help those who are poor and helpless," the priest said.

From : www.ucanews.com

08 September 2008

DAFTAR KEUSKUPAN DI INDONESIA MENURUT PROPINSI GEREJAWI

1.PROPINSI GEREJAWI MEDAN
  • Keuskupan Agung Medan
  • Keuskupan Sufragan Sibolga
  • Keuskupan Sufragan Padang
2.PROPINSI GEREJAWI PALEMBANG
  • Keuskupan Agung Palembang
  • Keuskupan Sufragan Tanjung Karang
  • Keuskupan Sufragan Pangkal Pinang
3.PROPINSI GEREJAWI JAKARTA
  • Keuskupan Agung Jakarta
  • Keuskupan Sufragan Bogor
  • Keuskupan Sufragan Bandung
4.PROPINSI GEREJAWI SEMARANG
  • Keuskupan Agung Semarang
  • Keuskupan Sufragan Purwokerto
  • Keuskupan Sufragan Malang
  • Keuskupan Sufragan Surabaya
5.PROPINSI GEREJAWI PONTIANAK
  • Keuskupan Agung Pontianak
  • Keuskupan Sufragan Sanggau
  • Keuskupan Sufragan Sintang
  • Keuskupan Sufragan Ketapang
6.PROPINSI GEREJAWI SAMARINDA
  • Keuskupan Agung Samarinda
  • Keuskupan Sufragan Banjarmasin
  • Keuskupan Sufragan Tanjung Selor
  • Keuskupan Sufragan Palangkaraya
7.PROPINSI GEREJAWI MAKASAR
  • Keuskupan Agung Makasar
  • Keuskupan Sufragan Manado
  • Keuskupan Sufragan Amboina
8.PROPINSI GEREJAWI ENDE
  • Keuskupan Agung Ende
  • Keuskupan Sufragan Larantuka
  • Keuskupan Sufragan Ruteng
  • Keuskupan Sufragan Denpasar
  • Keuskupan Sufragan Maumere
9.PROPINSI GEREJAWI KUPANG
  • Keuskupan Agung Kupang
  • Keuskupan Sufragan Weetebula
  • Keuskupan Sufragan Atambua
10.PROPINSI GEREJAWI MERAUKE
  • Keuskupan Agung Merauke
  • Keuskupan Sufragan Agats-Asmat
  • Keuskupan Sufragan Jayapura
  • Keuskupan Sufragan Manokwari-Sorong
  • Keuskupan Sufragan Timika

ZIARAH YUUKK!!!


Sebentar lagi bulan Oktober yang dalam tradisi Gereja Katolik lazim dikenal dengan istilah bulan Maria. Pada bulan ini banyak umat Katolik melakukan ziarah ke Gua Maria. Tertarik dan berencana untuk ziarah juga??? Inilah daftar dan alamat Goa Maria di Indonesia.

1. BANTEN

  • 1.1. Keuskupan Bogor :
    • 1.1.1. Gua Maria Bukit Kanada (Kampung Narimbang Dalam) - Jl.Raya Cipanas Km.2 (Sekolah Perawat/SPK RS Misi) Rangkasbitung, Serang. Paroki Santa Maria Tak Bernoda - Jl. Multatuli, Rangkasbitung. Peresmian 13Agustus 1988, Uskup Bogor, Mgr.Ignatius Harsono, Pr.

    2. JAWA BARAT

  • 2.1. Keuskupan Bandung :
    • 2.1.1. Gua Maria Sawer Rahmat - Cisantana, Cigugur, Kuningan. Peresmian 21 Juli 1990, Kardinal Tomko. Konsumsi peziarah : WKRI Cisantana, telepon 0232 875234.
      Rute:
      a. Jakarta -Cirebon -Kuningan, sebelum masuk kota Kuningan, diterminal Cirendang belok kanan menuju Cigugur (3 km) dari Cigugur naik ke Cisantana
      b. Jakarta - Bandung - Tasikmalaya - Kuningan - Cirebon. Sebelum masuk kota Kuningan (sesudah Waduk Darma) atau di Cigadung belok ke kiri melewati Cigugur kemudian naik ke Cisantana.
      Akomodasi:
      Penginapan : ada penginapan di Cisantana untuk 50-60 orang atau hotel di Kuningan
      Makan : Hubungi WKRI Cisantana attn. Ibu Gunawan (0233) 875234
      Harga antara Rp. 6.000, - Rp. 7.500 per orang
      2.1.2. Gua Maria Karmel - Biara Suster Karmel OCD, Jl. Karmel II \ 51, telepon 022 278 6152 - Lembang ~ Paroki Santa Maria Lembang, Jl. Karmel I \ 51, telepon 022 278 7331. Peresmian Mei 1989, Uskup Bandung, Mgr. Alexander Djaja-siswaja Pr.
  • 2.2.Keuskupan Bogor :
    • 2.1.1. Gua Maria Biara Santa Clara - Biara Suster Santa Clara, Pacet, Sindanglaya, telepon 0263 512 237 - Cipanas. (setiap hari s/d pkl. 11.30)

    3. D.K.I. JAKARTA

  • 3.1. Keuskupan Agung Jakarta :
    • 3.1.1. Gua Maria Bunda Penebus - Paroki St.Thomas Rasul, Jl. Pakis Raya, Blok G 5, No. 20, Bojong Indah - Jakarta Barat (Kompleks Bojong Indah - Jalan Daan Mogot, Jakarta - Tangerang).
      3.1.2. Gua Maria Fatima - Kompleks Biara Suster Gembala Baik RGS , Jl. Jatinegara Barat - Jakarta Timur. Acara rutin : Prosesi Bunda Maria Fatima & Perayaan Ekaristi setiap bulan tanggal 13, pukul 17.00. {Peresmian 13 Mei 1950 - Inter-nuntio, Mgr. De Jonge & 13 Mei 1961 - Uskup Jakarta Mgr. A. Djajasaputra SJ}.

    4. JAWA TENGAH

  • 4.1. Keuskupan Purwokerto :
    • 4.1.1. Gua Maria Kaliori - Kaliori, 20 km Purwokerto arah Banyumas; informasi : Sekretariat - telepon 0281 632479 - 796242 atau Gereja Katedral Purwokerto, Jl. Gereja no.3, telepon 0281 637052. Pemberkatan Patung Bunda Maria, 10 Oktober 1989, Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta. 08 Desember 1989 gua diberkati oleh Mgr. PS Hardjasoemarta MSC. Dilengkapi Taman Rosario Hidup dengan 15 relief peristiwa renungan doa rosario.
      Rute:
      Jakarta/Bandung - Wangon - Buntu - Gombong/Yogyakarta
      Dari arah Bandung, sampai di pertigaan Buntu belok ke kiri menuju Purwokerto melewati Banyumas dan Sokaraja, setelah melewati Sungai Serayu di antara jalan berkelok-kelok di sebelah kanan ada papan nama besar Goa Maria Kaliori.
      Jakarta - Purwokerto - Gombong/Yogyakarta
      Dari arah Purwokerto setelah melewati Sokaraja (terkenal dengan getuknya) dan setelah pabrik Gula Kalibagor, di sebelah kiri ada ada papan nama besar Goa Maria Kaliori.
      Penginapan & akomodasi:
      Rumah retret Maria Immaculata.
      4.1.2. Gua Santa Maria Nusakambangan - Ds. Klaces, Kec.Pembantu Kampung Laut, Cilacap. Sekretariat : Jl. Gatot Subroto 35A, telepon 0282 533018, Cilacap.
      Rute:
      1. Majingklak ~ pelayaran Majingklak - Klaces 20 menit. Banjar - Majingklak (Kalipucang) 45 km, Majingklak-Pangandaran = 25 km.
      2. Sleko-Cilacap ~ pelayaran Sleko - Klaces 2 jam.
  • 4.2. Keuskupan Agung Semarang :
    • 4.2.1. Gua Maria Kerep - Ambarawa (Seberang terminal Ambarawa), Paroki St. Yusuf Ambarawa, telepon 0298 591028 - pengelola, telepon 0298 592085. Peresmian 15 Agustus 1954, Uskup Semarang Mgr. Soegijopranoto SJ & Peresmian renovasi 04 Oktober 1981, Uskup Agung Semarang, Justinus Kardinal Darmoyuwono, Pr.
      Rute:
      Jakarta - Semarang - Ambarawa
      Dari arah terminal Ambarawa sebelum Komplek Gereja Paroki St. Yusuf ada jalan ke kanan menuju Gua Maria Kerep.
      Penginapan & Akomodasi: Susteran Marsudirini di samping Gereja.
      4.2.2. Gua Maria Sendang Sriningsih - Dsn.Jali, Ds.Gayamharjo, Prambanan. (jalan raya Yogya - Solo, Pertigaan pompa bensin Pandan Simping. Acara rutin : Pem-bukaan & penutupan bulan Maria (Mei & Oktober), prosesi obor dari Gereja Mar-ganingsih+doa jalan salib+misa (pkl.21.00) di gua & novena malam Jumat Kli-won. Peresmian 29 Mei 1953. Paroki Santa Maria Bunda Kristus, Wedi - telepon 0272 - 322797. Peresmian Renovasi 19 Agustus 1979, Uskup Agung Semarang, Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr.
      4.2.3. Gua Maria Sendang Ratu Kenya \ Gua Hati Ibu Yang Bahagia - Danan, Giriwoyo, Wonogiri. Paroki St. Ignatius - Danan, Peresmian 30 Septem ber 1997, Uskup Emeritus Keuskupan Sintang, Mgr. Isaac Dura, Pr. Sumber air diberkati 30 September 1998 oleh Mgr. V.Kartosiswoyo, Pr. Acara rutin: Misa setiap Jumat pkl. 20.00 & Novena 9x Minggu pertama (pkl. 10.00) September s/d Mei.
      4.2.4. Gua Maria Mojosongo - Debegan Rt 04\V, Kel.Mojosongo, Kec.Jebres (jalan Brigjen Katamso) Surakarta/Solo. Paroki Santa Maria Regina Purbowardayan - Jl. Jend. A.Yani 10, telepon 0271 56620. Peresmian 25 Desember 1983, Uskup Agung Semarang, Julius Kardinal Darmaatmadja SJ. Acara rutin : Misa setiap malam Jumat Pertama pkl. 21.00.
      4.2.5. Gua Maria Sendang Pawita Sinar Surya Tawangmangu - +/- 3km lokasi wisata Tawangmangu, Dusun Sendang, Desa Panjang, Kec. Tawangmangu - Karang Anyar. Paroki St. Pius X, Jl. Lawu 362, telepon 0271 495192, Karang- anyar.
      4.2.6. Gua Maria Marganingsih (= jalan mengalirnya rahmat) - Ds. Ngaren, Bayat - Klaten (Yogyakarta - Solo, Pertigaan Bendo Gantungan Klaten arah Bayat), Paroki Santa Maria Bunda Kristus, Wedi - telepon 0272 - 322797 {Peresmian 27 Oktober 2002 - Uskup Agung Semarang, Mgr. Ign. Suharyo, Pr}.
      4.2.7. Gua Mawar Maria - Ds. Kembang Sari, Kec. Musuk - Boyolali. Peresmian 25 Juni 1982, Pastor paroki, Rm. A. Endro Karyono MSF. Paroki Hati Tak bernoda SP Maria, Jl. Merbabu 24, telepon 0276 21107, Boyolali. Kontak : Mudika Stasi Musuk d/a Kembangsari 06/II, Musuk ~ email : chollo@plasa.com (Sdr.Teguh Tri Kuncoro). atau sulisrose@plasa.com.
      4.2.8. Gua Maria - Sendang Sancta Rosa Mystica - Dsn Banyuurip, Ds Jelok, Kec. Tuntang, Kab. Semarang (Bawen - Salatiga). Koster, Pak Stefanus Aan 0822 980 461. Paroki St. Paulus Miki, Jl. Diponegoro 34 telepon 0298 324076, Salatiga.

    5. D.I.YOGYAKARTA

  • 5.1. Keuskupan Agung Semarang :
    • 5.1.1. Gua Maria Lourdes Sendang Sono - Kalibawang, Kulon Progo (Jl.Raya Mun- tilan - Wates), Paroki Promasan, telepon 0292 21130. {Peresmian 08 Desember 1929, Pastor RP Prennthaler SJ}. Misa setiap Sabtu selama bulan Mei & Oktober pkl 16.00.
      5.1.2. Gua Maria Sendang Jatiningsih - Ds.Jlitar, Moyudan, Sleman (Sendang Sono - Yogyakarta lewat Nanggulan - Godean). Paroki St. Petrus & Paulus - Klepu, Pos Godean, Yogyakarta 55564.Peresmian renovasi 1999, Uskup Agung Semarang, Mgr. I.Suharyo Pr.
      5.1.3. Gua Maria Tritis - Dsn. Bulu, Ds. Giring, Kec. Paliyan, Kab. Gunung Kidul - Wonosari. Paroki St. Petrus Kanisius - Jln. Mgr. Sugiyapranata 29, telepon 0274 391063, Wonosari. Setiap Minggu bulan Mei & Oktober ada perayaan ekaristi pkl. 11.30.
      Rute:
      Dari Yogyakarta - Wonosari; sampai simpang tiga Gading (dekat lapangan terbang landasan rumput) belok kanan menuju Playen - paliyan - Pasar Trowono - Singkil. Rute ini paling umum dilalui para peziarah dan jarak dari Gading - Goa Maria Tritis sekitar 28 km.
      5.1.4. Gua Maria Sendang Rosario - Ds.Ngijorejo, Kec.Gading, Wonosari (Jalan Raya Yogyakarta - Wonosari ~ Gua Maria Tritis). Peresmian 11 Pebruari 1962, Pastor T.Widyana SJ. Peresmian Renovasi 1975, Justinus Kardinal Darmo-yuwono, Pr. Peresmian Renovasi Ke-2, 21 Juni 1997, Uskup Tanjung Karang, Mgr. A.Henry Soesanto SCJ.
      5.1.5 Salib Suci Gunung Sempu, Bantul, Yogyakarta
      Rute:
      Dari Jalan Ringroad Yogyakarta masuk Pabrik Gula Madukismo kemudian ke barat sekitar 1,5 km ada jalan ke kiri menyeberangi rel ka angkutan tebu.
      Kontak person:
      Bp. Sugiharta
      Ketua Wilayah Gunung Sempu - telp. 0274-381877
      Pastoran Paroki Hati Kudus yesus Pugeran Yogyakarta
      Jl. Suryaden 63, Yogyakarta Telp. (0274) 372295
      email: sekretariat_paroki@pugeran.net
      website: www.pugeran.net

    6. JAWA TIMUR

  • 6.1. Keuskupan Malang :
    • 6.1.1. Gua Maria Sendang Purwaningsih - Purworejo, Kec.Donomulyo, Kab. Malang (dekat lokasi wisata Pantai Ngliyep, 53 km dari Kota Malang). Peresmian 10 Mei 1990, Pastor Paroki Purworejo, Rm. Henricus Franciscus Demmer O.Carm.
      6.1.2. Gua Maria Sendang Retno Adi - Ngadireso - Tumpang - Poncokusumo - Malang. Pertapaan Karmel \ Biara Suster Putri Karmel, telepon 0341 788650 (pkl. 07.00 s/d 15.00), fax 0341 788651 (24 jam).
      6.1.3. Gua Maria Jatiningrum - Curah Jati (45 km dari Banyuwangi) - Grajagan - Banyuwangi. Paroki Ratu Para Rasul. Peresmian 15 Agustus 1956, Uskup Malang, Mgr. AEJ Albers Ocarm. Sebelum tahun 1995 bernama Gua Maria Waluyaning Tiyang Sakit.
  • 6.2. Keuskupan Surabaya :
    • 6.2.1. Gua Maria Lourdes Puh Sarang - Kec. Semen - Kediri. Paroki St. Vincentius a Paulo, Jl. Veteran no. 3, telepon 0354 772782, Kediri. Peresmian 2 Mei 1999, Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta Pr. Acara rutin, Misa tirakatan malam Jumat Legi, pkl. 24.00 (didahului doa rosario pkl. 23.30).
      6.2.2. Gua Maria Fatima Sendang Waluyojatiningsih - Klepu, Kec. Sooko, Kab. Ponorogo (Ponorogo arah Pulung - Sooko, +/- 30 km arah timur Gereja St.Maria - Jalan Gajah Mada 45, telpon 0352 481184, Ponorogo). Peresmian 27 Mei 1988, Uskup Surabaya Mgr. AJ Dibjakarjana Pr., peresmian setelah renovasi, thn. 2001, Uskup Surabaya, Mgr. J.Hadiwikarta, Pr.

    7. LOKASI ZIARAH LAIN

  • 7.1. Sekitar D.I.YOGYAKARTA
    • 7.1.1. Candi/Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus - Ganjuran, Bantul, telepon 0274 367154, (Jowilayan, Km.16 Yogyakarta/Bantul - Pantai Samas). Peresmian 11 Februari 1930, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Van Velsen SJ. Acara rutin : Ungkapan devosional & upacara khusus, Malam Jumat Pertama pkl. 19.00 & Minggu ke-5 setiap bulan, pkl. 07.00 & Minggu terakhir bulan Juni pkl. 07.00, serta Tirakatan Malam Jumat Kliwon pkl. 19.00.
      7.1.2. SALIB SUCI + Gua Maria Bunda Berduka Cita Gunung Sempu - Gereja Salib Suci, Kec. Kasihan, Kab.Bantul (1.5 km dari Pabrik Gula Madukismo - masuk dari ring road selatan Yogya); Acara rutin : Novena Salib Suci (devosi kepada salib suci) setiap minggu ke - 3, pkl. 10.00 wib. Paroki Hati Kudus Yesus, Pugeran - Jl. Suryaden 63, telepon 0274 372 295 Yogyakarta. Peresmian 20 Mei 1990 - Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja SJ.
      7.1.3. Sumur Maria Kitiran Mas - Gereja St.Maria Assumpta, telepon 0274 895 146, Pakem - Jalan Raya Yogyakarta - Kaliurang, Km 17). Penggalian sumur kecil tahun 1985, Pemberkatan renovasi (sumur lebih besar) 14 Oktober 2001.
      7.1.4. Makam Romo Richardus Kardis Sandjaja, Pr - Jl. Kartini, Muntilan ; Paroki St. Antonius, telepon 0293 587046 ~ Rumah retret St. Fransiskus Asisi, Jln. Kartini 11 (samping RSU Muntilan), telepon 0293 587 095.

    8. SUMATERA UTARA

  • 8.1 Keuskupan Agung Medan :
    • 8.1.1. Graha Bunda Maria Annai Velangkanni - Taman Sakura Indah Blok A / 1, Jl. Sakura III No. 7, Tanjung Selamat, telepon 061 8201943 Medan-Tuntungan, Sumatera Utara.

    9. BANGKA \ RIAU KEPULAUAN \ PULAU GALANG \ PULAU BATAM

  • 9.1 Keuskupan Pangkal Pinang :
    • 9.1.1. Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu - Bukit Mo Thian Liang (Bukit Menggapai Langit), Belinyu - Bangka (90 km dari Pangkal Pi- nang) - Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Jl. Mayor Syafri Rakhman 107, telepon 0715 321331, Belinyu. Peresmian : 08 Desember 1999, Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD.
      Kontak person:
      Pastor Ambros Sanas, SSCC
      Pastor Paroki St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda.
      Jl. May Syafri Rakhman 107, Belinyu 33254
      Telp. 0715 - 321331

      Paroki Katedral St. Yosef
      Jl. Gereja No. 2, Pangkalpinang 33131
      Telp/Fax. (0717) 432178 / 432152

      Pastor L.I Wayan J. Sunaryo, SVD
      Pastor Paroki St. Petrus
      Jl. Anggrek Blok II Lubuk Baja - Batam 29432
      Telp./Fax. (0778) 457755 / 451170

      Pastor Philipus Seran Sega, Pr
      Pastor Paroki Hati St.Perawan Maria Yang Tak Bernoda
      Jl. Diponegoro No. 12 Kotakpos 30, Tanjungpinang 29101
      Telp./Fax. (0771) 21386 / 20096
      9.1.2. Gua Maria Bunda Pelindung Teluk Dalam - Pulau Bintan, Pantai Trikora Teluk Dalam (49 km dari Tanjung Pinang). Paroki Hati St. Pera- wan Maria Yang Tak Bernoda, Jl. Diponegoro 12, teepon 0771 21386 \ 20096, tanjung Pinang. Peresmian : 22 April 2001, Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD.
      9.1.3. Bunda Maria di Atas Perahu, Galang Site II - Pulau Galang, Paroki St. Petrus, Lubuk Baja - Jl. Anggrek Blok II Lubuk Baja, telepon 0778 457755 \ 451170, Batam. Peresmian 30 September 1994.
      9.1.4. Gua Hati Tersuci Santa Perawan Maria - Paroki Beato Damian, Kompleks Green Town, Blok Q, No. 21 (Depan TOP 100), Bengkong Harapan, Batam. Peresmian 17 Maret 2002 oleh Mgr.Hilarius Moa Nurak SVD

    10. JAMBI

  • 10.1 Keuskupan Palembang :
    • 10.1.1. Gua Maria Ratu Rosari – Kompleks Pondok Kristofel (Rumah Biara SCJ) , telepon 0741 – 40207, Paroki St. Theresia – Jl. RD Mattaher 19, telepon 0741 – 23310, Jambi {Peresmian 07 Oktober 2002 – Uskup Palembang, Mgr. Al. Sudarso SCJ}.

    11. LAMPUNG

  • 11.1. Keuskupan Tanjung Karang :
    • 11.1.1. Gua Maria Padang Bulan – Pringsewu, Lampung (Arah barat kota Bandar Lampung) ~ 3 km dari Pringsewu arah Kab. Tanggamus dise-belah kanan jalan. Rumah retret La Verna , fax 0729 21788. Peresmian 19 Agustus 1984.
      Rute:
      Kendaraan Umum : peziarah bisa naik Bus Damri dari Stasiun gambir menuju Lampung. Turun di Stasiun KA Tanjung Karang, kemudian ganti angkutan umum menuju terminal Rajabasa. Setelah itu melanjutkan dengan bus jurusan Kota Agung. Turun di Pringsewu, tepatnya di pangkalan ojek pasar esok.
      Kendaraan Pribadi/Rombongan : Dari pelabuhan Bakauheni menuju ke arah kota Tanjung Karang melewati bundaran Sukarno-Hatta, ada pertigaan belok kanan menuju Jl. Pramuka sampai di terminal kecil Kemiling belok kanan menuju Pringsewu dan melewati Pasar Gedungtataan, Pasar Gadingrejo sampai di pasar Pringsewu ke arah Kabupaten Tanggamus sekitar 3km (dari lampu lalulintas Pringsewu) belok kanan menuju lokasi Gua Maria PadangBulan.
      Penginapan : di lokasi ada rumah retret La Verna yang dikelola Suster-suster Fransiskanes dari Santo Gregorius, Martir( FSGM)
      11.1.2. Gua Maria Fajar Mataram – Bandarjaya, Lampung (Arah utara kota Bandar Lampung–menuju Kotabumi), Desa Merapi, Kel. Fajar Mataram – Kec.Seputih Mataram, Kab. Lampung Tengah. (Belok kanan di Pasar Bandarjaya).
      Rute:
      Kendaraan Umum : peziarah bisa naik Bus Damri dari Stasiun gambir menuju Lampung. Turun di terminal Rajabasa. Setelah itu melanjutkan dengan bus jurusan Bandar Jaya. Turun di terminal Bandar Jaya kemudian naik angkutan kota jurusan Merapi (Pajar Mataram)
      Kendaraan Pribadi/Rombongan : Dari pelabuhan Bakauheni menuju ke arah Kota Bumi, dari bundaran Sukarno-Hatta, belok kanan menuju Bandar Jaya terus ke jurusan Merapi.

    12. NUSA TENGGARA TIMUR

  • 12.1 Keuskupan Atambua :
    • 12.1.1. Gua Maria Lourdes Betun – 4 km dari Gereja St. Maria Fatima.
      12.1.2. Gua Maria Bunda Pengantara Rahmat – Stasi Silawan, Paroki Stella Maris Atapupu, Timor Tengah Utara (50 meter dari perbatasan Timor Lorosae) ~ {Peresmian medio Agustus 2001 – Vikjen Keuskupan Atambua, Pastor Agustinus Bula, Pr}.
      12.1.3. Gua Maria Bitauni – Paroki St. Maria Penyelenggara Segala Rahmat, Kiupukan, Pos Kefa.
      12.1.4. Gua Maria Kapela Wilain – Paroki St. Petrus Lahurus, Pos Atambua.
  • 12.2 Keuskupan Larantuka :
    • 12.2.1. Gua Maria Wato Jong – Paroki St. Maria Diangkat ke Surga, Bama, Lewokluo.
  • 12.3 Keuskupan Agung Ende :
    • 12.3.1. Gua Maria Fatima – Paroki St. Perawan Maria yang Tak Bernoda, Lela, Maumere.
  • 12.4 Keuskupan Agung Kupang :
    • 12.4.1. Gua Maria Lourdes – Paroki Kristus Raja Kupang.

    13. MALUKU

  • 13.1 Keuskupan Amboina :
    • 13.1.1. Gua Maria Bunda Hati Kudus – Waur Melati, Pulau Seram. Pastoran Kamal Waisarisa – Seram, telepon 0913 61292
      13.1.2. Gua Maria Panjang – 5 km dari kota Ambon.
      13.1.3. Golgota di Masbait + Gua Maria – Masbait ~ Desa Klanit, daerah Langgur, Maluku Tenggara, Kepulauan Kei & Aru. Peresmian 2000, Duta Besar Vatikan, Mgr. Renzo Fratini.

    14. SULAWESI

  • 14.1 Keuskupan Manado :
    • 14.1.1. Gua Maria Bunda Bukit Karombasan – Paroki Hati Kudus Karombasan, telepon 0431 861403 – Manado.
      14.1.2. Gua Maria Redemtoris Mater – Paroki St. Yoseph, Manado Selatan. Jl. Gereja St.Yoseph 17, telepon 0431 851928 – Manado.
      14.1.3. Gua Maria Bunda Hati Kudus – Desa Woloan, Tomohon. Pastoran Woloan, telepon 0431 352212.
  • 14.2 Keuskupan Agung Makassar :
    • 14.2.1. Gua Maria Balla – Pena, Polmas – Toraja Barat, Sulawesi Selatan. Pastoran Polewali, Jl. Amanna Pattola 2, telepon 0428 21720, Polewali.
      14.2.2. Gua Maria Watan Soppeng – Paroki St. Perawan Maria Bunda Peng- harapan, Jl. Samudera 48, telepon 0484 21362, Watan Soppeng, Sulawesi Selatan.
      14.2.3. Gua Maria Sendang Mulyasari – Kota Unaaha, Kendari, Sulawesi Tenggara. Paroki Kendari, Jl. Moh.Hatta 63A, telepon 0401 21886.

    15. KALIMANTAN

  • 15.1 Keuskupan Banjarmasin :
    • 15.1.1. Gua Maria Manikam Damai – Mandam, Hampang, Kota Baru.
  • 15.2 Keuskupan Sanggau :
    • 15.2.1. Gua Maria Pusat Damai.
  • 15.3 Keuskupan Sintang :
    • 15.3.1. Gua Maria Sejiram - Kapuas Hulu.
      15.3.2. Gua Maria Tahta Kebijaksanaan Putussibau – (4 km dari pusat kota Putussibau), Jalan Lintas Timur, Simpang Melapi – Kab. Kapuas Hulu. Peremian awal Juni 2002, Pastor Paroki Putussibau, Pastor YJ Jakang SMM.
  • 15.4 Keuskupan Tanjung Selor :
    • 15.4.1. Gua Maria Sei Mentogog - 4 km dari jalan aspal Slipi, Pantai Amal Tarakan, 13 km dari gereja Paroki St. Maria Immaculata, Jl. Jendral Sudirman 252, telepon 0551 51271, Kampung Baru, Tarakan – Kalimantan Timur.
  • 15.5 Keuskupan Agung Pontianak :
    • 15.5.1. Gua Maria Toho – Kec. Toho, Kab. Pontianak (15 km dari Anjungan \ 77 km dari Pontianak) – Paroki Katedral Patimura Pontianak, telepon 0561 734739 – Peresmian 20 Oktober 1996, Uskup Agung Pontianak Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap.
      15.5.2. Gua Maria Riam Merasap – Desa Segonde, Kec. Sanggau Ledo, Kota Bengkayang (Ibu Kota Kab.Sambas) – Pontianak – Bengkayang 170 km; Bengkayang – Sanggau Ledo 67,5 km; Sanggau Ledo – Lokasi 7,5 km. Paroki Santo Pius Bengkayang, telepon 0562 441147. Diresmikan 1993
      15.5.3. Gua Maria ratu Pencinta Damai Anjungan - Sungai Pinyuh, Anjungan ( 60 km dari Pontianak) – Paroki Sungai Pinyuh, telepon 0561 652079 – Peresmian 29 April 1973, Uskup Agung Pontianak Mgr. Herculanus Pr.



    06 September 2008

    JADUAL MISA PAROKI DI BANDUNG


    Gereja Katedral St.Petrus Jl.Merdeka 14 Bandung 40117
    Misa Harian : 06.00 : 07.00
    Misa Jumat1 : 17.00
    Misa Sabtu : 06.00 : 07.00 : 17.00
    Misa Minggu : 05.45 : 07.00 : 08.30 : 10.15 : 17.00

    Kapel Hati Kudus Yesus ( Kapel RS.ST.Borromeus) Jl.Surya Kencana 3 Bandung.

    Misa Harian : 05.45
    Misa Jumat1 : 17.00
    Misa Sabtu : 05.45 : 17.30
    Misa Minggu : 07.00 : 17.00

    Gereja Santa Odilia Jl.Cikutra 7 Bandung40124

    Misa Harian : 05.45
    Misa Jumat1 : 05.45 : 17.00
    Misa Sabtu : 05.45 : 17.00
    Misa Minggu : 05.45 : 07.30 : 09.30 : 17.00

    Gereja Santa Melania Jl.Melania 1-3 (Blkg RRI) Bandung 40122

    Misa Harian : 05.45 (Senin-Kamis)
    Misa Jumat : 17.00
    Misa Sabtu : 17.00
    Misa Minggu : 06.30 : 08.00

    Gereja Salib Suci Jl.Kamuning 25 Bandung 40113

    Misa Harian : 05.45
    Misa Jumat1 : 05.45 : 17.00
    Misa Sabtu : 17.00
    Misa Minggu : 05.45 : 07.15 : 09.00 : 17.00

    Gereja Santa Perawan Maria Sapta Kedukaan Jl.Pandu 4 Bandung 40173

    Misa Harian : 06.00
    Misa Jumat1 : 06.00 : 17.30
    Misa Sabtu : 17.30
    Misa Minggu : 06.00 : 07.30 : 09.15 : 17.30

    Gereja Santa Maria Fatima Jl.Karmel I/51 Lembang 40391

    Misa Harian : 06.30
    Misa Jumat1 : 06.30
    Misa Sabtu : 17.45
    Misa Minggu : 08.00

    Gereja Santo Laurentius Jl.Sukajadi 223 Bandung 40153

    Misa Harian : 06.00
    Misa Jumat1 : 06.00 : 17.30
    Misa Sabtu : 06.00 : 17.00
    Misa Minggu : 06.00 : 07.30 : 09.15 : 17.00

    Gereja Santo Ignatius Jl.Baros 8 Cimahi 40521

    Misa Harian : 06.00
    Misa Jumat1 : 18.00
    Misa Sabtu : 17.00 (Gereja St.Agustinus)
    Misa Minggu : 05.30 : 07.00 : 09.00 : 17.00

    Gereja Santo Michael Jl.Waringin 51 Bandung 40182

    Misa Harian : 06.00
    Misa Jumat1 : 06.00 : 18.00
    Misa Sabtu : 06.00 : 17.00
    Misa Minggu : 06.00 : 07.30 : 09.15 : 17.00

    Gereja Santo Paulus Jl.Moch.Toha 19 Bandung 40252
    Misa Harian : 05.45
    Misa Jumat1 : 18.00
    Misa Sabtu : 17.00
    Misa Minggu : 05.45 : 07.30 : 09.30 : 18.00

    Gereja Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria
    Jl.Surya Laya 3 Buah Batu Bandung 40265

    Misa Harian : 05.45
    Misa Jumat1 : 17.30
    Misa Sabtu : 17.00
    Misa Minggu : 06.30 : 08.30 : 17.00

    JADWAL KEBAKTIAN GEREJA DI BANDUNG

    GEREJA ISA ALMASIH
    Jl. Lengkong Besar - Bandung
    Homepage : http://www.gia.or.id/lb/

    KEBAKTIAN

    WAKTU

    PEMBICARA

    Kebaktian I

    06.00 WIB.

    ----

    Kebaktian II

    09.30 WIB.

    ----
    Kebaktian III

    16.30 WIB.

    ----
    Kebaktian RBK

    07.30 WIB.

    ----
    Kebaktian PBK

    09.30 WIB.

    ----
    Kebaktian Anak-anak

    08.00 WIB.
    09.30 WIB.
    16.30 WIB.

    ----


    GKI MAULANA YUSUF
    Jl. Maulana Yusuf No. 20 Bandung
    Kebaktian Umum I
    Kebaktian Umum II
    Kebaktian Umum III
    Kebaktian Remaja
    Sekolah Minggu Jl. Bahureksa 26
    Kebaktian Umum I Jl. Bahureksa 26
    Kebaktian Umum II Jl. Bahureksa 26


    Pkl. 07.00 WIB.
    Pkl. 09.00 WIB.
    Pkl. 17.00 WIB.
    Pkl. 07.00 WIB.
    Pkl. 07.00 WIB.
    Pkl. 07.30 WIB.
    Pkl. 09.30 WIB.