09 September 2008

BERBUKA PUASA DI GEREJA

08 September 2008 13:18

[Koran tempo 08/09/2008] Program nasi murah untuk berbuka puasa digelar oleh Gereja Kristen Jawa Manahan, Solo. Cukup murah karena menu berbuka komplet tersebut hanya dijual dengan harga Rp 500. Harga semestinya per porsi di atas Rp 5.000. Bahkan, sebelum berbuka, sebuah pengajian digelar dengan pembicara dari pemimpin salah satu pondok pesantren besar di Solo. Wujud sebuah toleransi beragama.

"Tidak ada sesuatu pun yang kembar identik di muka bumi ini. Ramah terhadap perbedaan merupakan keniscayaan. Kita mencintai istri kita karena dia berbeda dengan diri kita. Dan semuanya menjadi indah," kata Kiai Dian Nafi', pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad, Windan, Sukoharjo, yang memberi pengajian itu pada 6 September lalu. Wajahnya memancarkan rasa haru yang mendalam. Betapa tidak, dia baru saja menyaksikan sebuah bukti masih adanya rasa toleransi antarumat beragama.

Sejak pukul 17.00 WIB, puluhan sepeda ontel dan belasan becak berjajar di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan, Solo. Tidak ada kegiatan kebaktian walaupun saat itu hari Sabtu. Justru para pengemudi sepeda ontel dan becak tersebut sedang mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh Kiai Dian Nafi' di gereja yang terletak di sebelah timur Stadion Manahan tersebut.

Hampir 500 orang, baik dewasa maupun anak-anak, menyimak kajian dari sang ustad dengan penuh perhatian. Apalagi Dian Nafi' memberikan ceramahnya dengan cukup interaktif, sehingga minat peserta pengajian pun semakin besar. Tanpa terasa, waktu sekitar 30 menit berlalu, hingga saat magrib menjelang. Ustad pun menyelesaikan kajiannya.

Suasana menjadi cukup riuh. Puluhan muda-mudi, kebanyakan jemaat GKJ Manahan, bergerak mengantarkan minuman dan makanan kepada mereka yang hadir. Sebanyak 500 teh hangat, kolak pisang, dan nasi soto lengkap dengan kerupuk dihidangkan. Masyarakat yang hadir segera menyantap menu buka puasa tersebut setelah secara bersama membaca doa berbuka puasa. Dalam waktu singkat, hidangan segera menyebar secara merata. Lagu Tuhan karya grup musik Bimbo mengalun merdu dari bibir dua orang penyanyi yang diiringi permainan organ tunggal.

"Kita mencoba menghormati agama lain dengan mengadakan program nasi murah untuk berbuka puasa," kata Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani. Memang murah karena, untuk mendapatkan menu berbuka sekomplet itu, setiap orang hanya perlu membayar Rp 500. Tak mengherankan jika masyarakat yang datang kebanyakan berasal dari golongan tak mampu.

Kegiatan tersebut telah dilaksanakan secara rutin oleh GKJ Manahan semenjak 1997 dan dilaksanakan sebulan penuh. Dari tahun ke tahun, peminatnya semakin banyak, meskipun di tempat lain banyak yang memberikan buka puasa gratis. "Kita merasa lebih dihargai dengan membayar," kata Sukirno, seorang tukang becak yang berasal dari Semanggi, Solo.

Uniknya, tidak semua yang datang tertib membayar. Seharusnya, dari 500 porsi yang disediakan, uang yang didapatkan bisa mencapai Rp 200 ribu tiap harinya. Namun, penyelenggara hanya mendapatkan pemasukan maksimal Rp 173 ribu. "Tidak jadi masalah karena ini sifatnya membantu masyarakat yang tidak mampu," kata Retno.

Toleransi tidak berhenti sampai di situ. Seusai berbuka puasa, beberapa mahasiswa beragama Islam yang turut membantu program tersebut menumpang sembahyang magrib di tempat tersebut. Pendeta pun menyediakan tempat kerjanya untuk salat, lengkap dengan sajadahnya. Dalam kegiatan tersebut, seakan perbedaan keyakinan sudah tidak lagi menjadi sekat pembeda. ahmad rafiq


Tidak ada komentar: